Monday, May 27, 2013

Dia Perempuan #Part2 "cerita pendek"

                       Sambil menghirup hal yang aku telah mungkiri, dipagi ini.. cinta tak bisa berhenti buat kita. Fikirkan saja apa kemahuan lalu pastikan pegang erat segalanya ya? 

         Jadi aku sambung kembali cerita semalam, sekarang aku sedang dengar satu musik dari kugiran Smashing Pumpkins tajuknya 1979 dan aku kini diteman Winston merah. Ini kali pertama aku beli sekotak racun yang aku tidak mampu kendalikan. Disini aku mau jadikan impian tapi memati ditengah. Masih ingat perempuan yang dalam kisah sebelum ini?, haih kalau bisa aku cerita mau saja aku butakan mata, dan menulis abjad abjad ini tanpa mengikut susunan yang sebetulnya, selalunya yang pertama tiba adalah pemenang di garisan itu, 'tapi aku mau jujur', dan kejujuran aku itu membunuh aku tanpa syak wasangka kali. Pagi pertama aku tanpa perempuan itu, dia selalu ada untuk aku ucap selamat pagi, keluh aku hanya berhela sama nafas sederu embun yang menguap, tapi pagi ini lain sekali, kehadiran dia hanya ada bila aku fikir dan aku picingkan mata.

         Bagaimana jika semuanya elok sahaja? pasti aku terluka atas terlalu tidak pentingkan diri. Saat aku melepaskan atas cinta, saat aku memilih untuk sendirian. Acap juga aku melihat apa yang ditulisnya, hanya kegembiraan dan ya, hidup itu cuma pertanyaan. Jadi aku sudah malas mau bertanya, sudah letih ego aku dibawa ke cinta. Tak ternyata apa yang aku baca. Cuma takdir itu merugikan aku, jadi aku hanya mau lihat kebahagian yang bisa diberikan pengganti aku. Kalinya aku masih belajar, tidak punya apa apa, sedangkan aku sendiri menandakan dahulu yang cinta itu memerlukan uwang dan lebih dari segalanya, bukan sekadar rasa, bukan sekadar diucapkan. 'Keputusan itu adalah yang terbaik buat kita', katanya, Seperti tidak mau melawan yang aku sedang berharap ini. Keluh aku makin laju dan aku berbenah dalam ketakutan itu.

        'tapi awak, dia kawan je.. baru kenal', ya benar tapi masa itu akan rapatkan kalian dan mungkin aku ini penghalang buat kalian sebenarmya. Aku rasa ini seperti yang ditakdirkan, jadi buat apa mau aku lawan lagi. Menunggu apa yang aku kabur dan takut. Kadang terasa juga mau aku menekan nombor telefon nya, tapi baiklah aku doa sahaja, bukan untuk kita tapi buat kalian, kerna bahagiamu adalah puncanya senyum aku, aku harap ini adalah satu pengertian yang dia bisa tafsir. Aku akan ingat dalam langkah aku, pernah ada dia, dulunya menuju setiap simpang kalimat dan seru seraya ke arah bahagia.

        Aku tak mau lagi meneka neka apa dihati dia. Biarlah janji aku tahu semuanya bisa baik sahaja. Walau semalam aku cuba untuk tidur tapi satu letih aku rasakan, letih yang tidak bisa aku punahkan. Hanya kerna kesesakan itu hentakan aku kepada luka, mungkin juga kepada cinta. Aku pasti ini adalah penghabisan buat kita. Aku sudah cacahkan dia perempuan disetiap puisi puisi aku, kalau aku rindu, rela aku baca sahaja apa disini dari melihat dia direaliti kerna ia adalah punca ragaku lari ke tengah tengah kesepian itu. Semalam juga mengajar aku arti yang pernah aku dulu pacakan tanda buat aku. 'ya rasanya sama, tapi luka ini melewati segalanya', bagaikan malam itu cuma kaku dan aku tidak mau beku disitu, aku mau melangkah jauh.. jauh dari apa yang kita pernah wujudkan dulu. Sekarang dia pergi, inilah cerita yang aku sendiri banyak selindungkan rasa, sembunyikan kata, kerna luka itu biarlah aku pahatkan di kenangan dan kemungkinan yang tidak bisa pulang lagi. Bahagialah sama cinta, hargailah cinta dan aku harap cinta akan mengajar dia untuk mengejar sesuatu yang pasti. Aku rasa itulah yang aku ajarkan sepanjang aku bersama dia. 'Dan ya, ia tidak semudah itu untuk aku ucapkan selamat tinggal pada rindu' 

                            THE END.

No comments:

Post a Comment