Melayang aku
Pada setia sedih dan angan angan mati
Ku ingin benar memeluk
Pada setiap buatnya gerak jasad mu
Juga jujur setiap hamparan
Kerlingan mata mu
Selalu yang ku puja waktu hujan sampai
Sama renyai dan dentur langit
Catetan tahun demi tahun
Bulan berlangsung ganti
Hari makin pergi
aduh..
Minit jadinya masa makin diminati
Saat saat memaku pada seluruh egois aku
Pernah saja aku berjalan ke sebuah potret
Memerhati seluruh dengan perinci
Selamat benar duduk didalam bingkai kayu
Tanpa ada batas
Hanya perlu kaku di suatu tempat
Menoleh pada setiap tukaran arah
Endah atau tidak siapa peduli!
Langsung di amati
Fokus tepat ke arah warna dan garis
Beku sampai tercarik kanvas palsu
Tak perlu ketawa
Mimik saja apa yang diberi
Tidak ada halang
Tidak akan malang
Tidak nanya malam
Bila maunya pulang?
Aku duduk dalam gebar
Sama kesetian mati
Debar debar dari hati
Vitalitas dan harfiah
Khalis sama rasa
Berlonggokan pada kebiaran
Membakar sa-puntung cigaret
Membiarkan aku kesejukan
Sama sandiwara sekarang
Jemu rasa ini
Cemuhnya pada yang tak perlu
Sedu?
Inilah kesempatan ku bawa
Mengadap pada kebiasaan semua
oh..
Suara yang ku cintai
Sudah jauh membelai
Dan ku raut tulisan dipepohon kayu
Sama pikiran aku si tolol
Hanya nyawa bersambung
Nafas ku sendiri makin sombong
Aku cuba berlari
Memapah dari dibantu senyuman.
No comments:
Post a Comment