Angan angan terus terdera, sehingga di tusuk mimpi
adanya suara dari hujung jalan
ia terlempar di tengah kelat, ia kehancuran
sampai kita menemukan hujungnya
masih kita berjalan dengan tempang
menempuh lorong membiru
kadang ada cahaya, kadangnya hilang kekabusan
gelap ini masih hidup
menggeluti menolak henti
dan ruang masih menghimpit
pada tembok tembok silam
aku raut wajah mu, tidak untuk apa apa
Tuhan begitu baik, membenarkan kita bermimpi
No comments:
Post a Comment